Tanpa proses interpelasi, para anggota DPRD DKI secara bulat
mengajukan hak angket terhadap gubernur DKI, Basuki Cahya Purnama atau
Ahok
Tanpa sedikit pun bergeming Ahok siap mengahadapi angket yang di
gelar oleh DPRD DKI itu, malah sebaliknya ketakutan itu begitu tampak di
DPRD DKI karena Ahok memiliki bukti dugaan korupsi berjamaah melalui
anggaran siluman hingga 12,1 triliun. Ahok pun siap dipecat dari
Gubernur DKI asalkan dana siluman itu dihapus. Itulah tantangan Ahok,
tantangamyan seperti ini hanya bisa diucapkan oleh orang yang sudah
yakin bahwa dirinya benar.
Ketar-ketir DPRD DKI terlihat sangat nyata bagaimana mereka mencoba
mengangkat isu etika komunikasi Ahok yang ceplas-ceplos padahal isu ini
sangat tidak substantif. Segala serangan coba dilancarkan kepada Ahok,
cacat sedikit Ahok coba mereka perbesar-besarkan.
Di sisi lain mereka mengecam Ahok yang berbicara di media tapi mereka sendiri mendatangi media dan berkoar-koar menyerang Ahok.
Ketua DPRD Edi prasetyo dan wakilnya M. Taufik pun tak bisa
dipercaya, ketua DPRD bilang tak ada niat pemakzulan tapi M Taufik
mengatakan target angket pemakzulan Ahok. Bahasa gaulnya buat DPRD DKI
ini : mau lu apa sih, nggak jelas banget?
Secara psikologis kita bisa mengatakan bahwa anggota DPRD DKI sudah
kalap atau bisa juga meminjam istilah Menteri Tedjo “orang-orang yang
tidak jelas”.
Sungguh bodoh anggota DPRD DKI ini yang tidak melihat rekam jejak
Ahok dalam memberantas korupsi, telah begitu banyak penghargaan bukti
bahwa beliau konsen terhadap pemberantasan korupsi.
Di bawah pimpinan Jokowi-Ahok tingkat korupsi Jakarta telah turun
signifikan dari provinsi terkorup di Indonesia kemudian menjadi nomor
empat. Berdasarkan data 2013 sekarang provinsi terkorup di Indonesia
adalah Sumatera Utara yang Gubernurnya orang PKS, Gatot Puji Nugroho (
eh namanya salah nggak ya? saya lupa)
Sangat pantas Ahok diberi sandangan ‘The legend pemberantasan korupsi
Jakarta’ seperti yang beredar di media sosial. Selain idealisme yang
tinggi, Ahok merupakan orang yang cerdas yang tidak mudah ditipu-tipu,
ini karena Ahok selain sudah berpengalaman beliau juga mengetahui
modus-modus licik nan-korup.
Apeslah sekarang nasib DPRD DKI, satu angkatan bisa terancam menjadi
pesakitan KPK. Ungkapan yang cocok buat DPRD DKI saat ini adalah seperti
menggali liang kubur sendiri.
Maka dari sini kita bisa paham mengapa DPRD DKI langsung menggunakan
hak angket karena mereka ingin segera membungkam Ahok dengan
mencari-cari kesalahannya. Sekarang kita saksikan siapa yang lebih
cepat, DPRD DKI yang didukung oleh semua partai atau Ahok yang didukung
oleh istana, KPK dan rakyat ( dukungan rakyat terlihat melalui tagar
#saveahok yang jadi trending topik).
Ada fenomena menarik melalui situs change.org. Beberapa waktu lalu
salah satu anggota DPRD DKI mengatakan telah membuat petisi untuk
mencabut mandat Gubernur DKI Basuki Cahya Purnama, namun yang berkembang
justru sebaliknya petisi untuk mencabut mandat DPRD DKI lah yang
mendapat dukungan.
Saya ingin katakan kepada Anda anggota DPRD DKI bahwa Anda harus
sadar dengan kenyataan ini bahwa Andalah yang menjadi masalah, Andalah
musuh rakyat itu. Lihat saja keberpihakan rakyat pada Ahok bukan pada
Anda yang mewakili partai-partai tapi mengaku-ngaku mewakili rakyat,
sudahlah berhentilah membohongi dan membodohi rakyat, kami sudah muak!!!
Saya mulai berpikir bahwa Ahok sangat cocok untuk menjabat ketua KPK,
melihat rekam jejak dan integritas yang dimilikinya maka tidak perlu
diragukan lagi. Indonesia membutuhkan orang yang berani seperti Ahok
yang berani melawan partainya sendiri karena tidak sesuai hati nurani.
Kita butuh orang yang memperjuangkan hati nurani bukan orang-orang
partai yang mengaku2 wakil rakyat.
Akhirnya saya mengajak Anda menjadi seorang golputer yang cerdas,
supaya tidak tertipu lagi seperti ini. Saya sudah perkirakan hal seperti
ini akan terjadi dari tahun lalu. Kelemahan sistem pemilu kemarin
adalah lemahnya kontrol rakyat terhadap legislatif, legislatif malah
dikontrol partai-partai yang sibuk rebutan mendapatkan kursi baik
eksekutif maupun legislatif, makanya sekarang PDIP dukung angket karena
Djarot dari PDIP bisa naik jadi gubernur kalau Ahok dilengserkan. Lihat
saja isu-isu partai, semua tentang rebutan kursi, apa ada mereka
ributkan bagaimana program memajukan masyarakat? Nggak ada!!!
Kelemahan Sistem pemilu kemarin hanya menyediakan mekanisme untuk
mengangkat caleg menjadi aleg, tapi tidak ada mekanisme bagaimana
konstituen bisa menurunkan mereka dari aleg jika ternyata mereka tidak
memperjuangkan aspirasi masyarakat seperti yang terjadi saat ini. Apa
Anda mau nunggu lima tahun? Bagi saya itu terlalu bodoh.
Pertanyaannya sekarang, mau sampai kapan menggunakan kekuatan sosial
media untuk memperjuangkan aspirasi padahal punya perwakilan di DPRD
atau DPR?
Lebih jauh menurut hemat saya kit a tidak butuh sistem perwakilan
lagi, karena perwakilan ini sebenarnya untuk mengatasi masalah
komunikasi antara pemerintah dan rakyatnya.
Sekarang dengan kemajuan dunia teknologi dan komunikasi kita bisa
berhubungan langsung dengan pemerintah tanpa melalui perwakilan dan itu
contohnya sudah sangat banyak, salah satunya penerapan sistem
e-budgeting yang bisa langsung diawasi masyarakat. Yang kita butuhkan
sekarang adalah pemerintah yang mau mendengarkan dan mengikuti aspirasi
rakyat bukan DPR atau DPRD yang diisi oleh para politisi busuk.
sumber
Sunday, March 8, 2015
WOW !!! Akhirnya Ahok Berhasil Buktikan Bahwa Anggota DPRD DKI Adalah Maling APBD
Labels:
Berita Unik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment